Selasa, 08 Juni 2010

khasiat dan amannya obat dari bahan alam

Prof.dr. Amir Syarif, SKM, SpF(K)
Perlu Bukti Khasiat dan Keamanan Obat Bahan Alam


UNIVERSITARIA - Edisi Maret 2008 (Vol.7 No.8)
________________________________________
Anggapan masyarakat bahwa obat yang berasal dari bahan alam adalah aman, terbebas dari efek toksik merupakan pendapat keliru. Setiap bahan atau zat memiliki potensi bersifat toksik, seberapa besar efek itu ditimbulkan tergantung dari takarannya dalam tubuh. Efek toksik merupakan efek yang dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan dengan tingkat gangguan yang bervariasi dari ringan sampi terjadinya kematian.
Hal demikian disampaikan Prof.dr. Amir Syarif, SKM, SpF(K) pada pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Farmakologi dan Terapeutik pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Auditorium FK UI, 23 Februari 2008 lalu.
Dalam orasinya, Prof Amir mengangkat tema " Peran Toksikologi dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam di Indonesia". Menurutnya, obat bahan alam adalah obat yang dikembangkan dari tanaman atau tumbuhan.Sebagaimana obat konvensional, obat bahan alam juga mesti diwaspadai. Pasalnya, keberadaan obat dalam takaran tertentu dapat menimbulkan efek toksik. Kadar obat dalam tubuh akan menentukan seberapa besar efek suatu obat atau dikenal dose-response relationship. Dalam hal ini, toksikologi akan berperan untuk menentukan berapa besar efek toksik yang ditimbulkan oleh suatu obat. "Dengan mengatur kadar obat maka efek toksik dapat dicegah." kata suami R. Enar Suminar itu.
Obat bahan alam, selayaknya bahan kimia, akan mengalami proses kinetik, berupa proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian masuk ke sirkulasi sistemik. Distribusi sendiri merupakan proses perdaran obat ke seluruh cairan tubuh baik kedalam cairan antar sel ( interstitial) maupun ke dalam sel (intracellular). Pada wanita hamil, obat dapat pula terdistribusi ke dalam janin. Melalui proses ditribusi , obat akan samapai ke organ target tempat obat bekerja. Sedangkan metabolisme atau biotrasformasi adalah proses perubahan senyawa obat dalam tubuh. Pada akhirnya kebanyakan senyawa aktif akan mengalami perubahan menjadi senyawa tidak aktif dan lebih mudah diekskresi, sehingga efek obat tersebut akan hilang. Proses metabolisme ini bida terjadi diseluruh jaringa tubuh, dimana hati merupakan organ metabolime obat yang paling utama. Sementara ekskresi adalah proses pengularan obat dari tubuh, baik dalam bentuk senyawa aktif maupun senyawa tidak aktif. Berkurangnya senyawa aktif, menyebakan berkurang efek obat tersbut. Organ yang paling berperan dalam proses ekskresi adalah ginjal. Di samping itu, proses ekskresi juga dapat terjadi melalui empedu, sekres cairan intestinal, keringat , saliva, dan air susu ibu.
Di pasaran dikenal tiga jenis obat bahan alam, yaitu obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Pengembangan obat bahan alam tersebut harus melalui prinsip-prinsip ilmiah. Bisa berawal dari obat tradisional, atau dari tanaman yang diduga memiliki khasiat sebagai obat. Bila obat tradisional telah dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji klinik, maka obat tersebut digolongkan sebagai fitofarmaka.
Sedikitnya ada empat tahap yang mesti dilalui untuk menjadi fitofarmaka, yaitu standarisasi bahan baku dari tanaman, pembuktian terbebas dari bahan cemaran, uji praklinik, dan uji klinik terhadap khasiat dan keamanannya. Sementara obat herbal terstandar adalah obat baha alam yang bahan bakunya telah mengalami standarisasi dan telah melalui tahapan uji praklinik.
Standarisasi obat bahan alam tidak berbeda dengan obat konvensional. Begitu pula dengan pemanfaatannya, dimana dalam memakai obat bahan alam juga mempertimbangkan faktor dosis dan lama pemberian, usia, kehamilan dan menyusui, jenis penyakit khususnya yang disertai dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, serta kombinasi obat.
Untuk mendapat khasiat serta keamanan obat bahan alam, Prof. Amir pada akhir pidatonya, berpesan pada sejawat dokter agar jangan melupakan prinsip-prinsip farmakologi dalam berpraktik. Dan bagi calon dokter spesialis farmakologi diharap sesegera mungkin dapat menyelesaikan pendidikannya agar dapat mengisi kekurangan farmakolog di negeri ini dan menggantikan farmakolog yang sebagian besar mendekati usia pensiun.
________________________________________
Seperti tercetak di Majalah Farmacia Edisi Maret 2008 , Halaman: 70 (1972 hits)

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=695














Mainan bayi mengandung bahan kimia toksik
November 3, 2005 at 10:51 pm • Filed under Uncategorized

Kalbefarma – Berita terbaru yang dilaporkan 12 Oktober 2005, oleh Environment California Research menjelaskan bahwa terdapat bahan kima toksik seperti phthalate dan polybrominate diphenyl ethers (PBDEs) yang terkandung pada mainan bayi yang dapat digigit, buku dan perlengkapan tidur bayi.
Seorang anak pada tahun pertama kehidupannya merupakan anak yang menggemaskan bagi orang tuanya, mereka berharap anak mereka dapat tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahagia, dikatakan Rachel Gibson, pengacara kesehatan lingkungan dan staf Attorney Environnment California. Meskipun demikian para orang tua tidak memiliki banyak informasi tentang perlindungan yang adekuat untuk melindungi anak-anaknya dari bahan kimia toksik tersebut.
The Environment California Research dan Policy Center bergabung melakukan penelitian terhadap 80 produk untuk anak, termasuk mainan yang dapat digigit dan beberapa jenis mainan lainnya. Mereka meneliti kandungan bahan kima phthalate yang terkandung pada mainan tersebut, dan menguji 7 jenis perlengkapan tidur anak seperti matras bayi yang mengandung PBDEs. Hasil uji yang dilakukan adalah:
- Limapuluh dari delapan puluh produk buku yang dapat dibawa mandi (bath books), mainan anak yang dapat digigit, mainan mandi, dan produk mainan anak lainnya, mengandung phthalate.
- Satu produk yang menyebut “phthalate-free” ternyata setelah dites produk tersebut masih mengandung 2 type phthalate: DEHP dan DBP.
- Tiga dari tujuh perlengkapan tidur bayi pada saat dites mengandung PBDEs pada material busanya.
Phthalate adalah bahan kimia yang digunakan untuk banyak produk plastik, untuk meningkatkan kelenturan dan mengikat aroma harum pada produk tersebut. Namun bahan kima ini mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menimbulkan kelahiran bayi prematur, gangguan reproduksi dan mempercepat terjadinya pubertas.
Polybrominate diphenyl ethers (PBDEs) adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk menghambat penyebaran api. Bahan kimia ini dapat mempengaruhi kesehatan, misalnya terjadi gangguan memori, gangguan reproduksi, kanker dan gangguan sistem imun.
Environment California Recearch dan Policy Center menganjurkan kepada orang tua yang memiliki bayi dan perawatnya untuk:
- menghindari penggunaan mainan plastik yang dimasukkan kemulut
- menggunakan komponen gelas untuk menyimpan makanan dan minuman bila memungkinkan
- mencuci produk plastik secara benar, hindari mencuci peralatan plastik menggunakan sabun yang kasar dan juga air panas, kerena bila plastiknya lemas atau meleleh akan mempercepat proses.
http://artikelkesehatan.wordpress.com/2005/11/03/mainan-bayi-mengandung-bahan-kimia-toksik/

Senin, 14 Juli 2008
BAHAN KIMIA BERACUN ATAU TOKSIK
Jika kita sehari – hari bekerja, atau kontak dengan zat kimia, kita sadar dan tahu bahkan menyadari bahwa setiap zat kimia adalah beracun, sedangkan untuk bahaya pada kesehatan sangat tergantung pada jumlah zat kimia yang masuk kedalam tubuh.
Seperti garam dapur, garam dapur merupakan bahan kimia yang setiap hari kita konsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, jika kita terlalu banyak mengkonsumsinya, maka akan membahayakan kesehatan kita. Demikian juga obat yang lainnya, akan menjadi sangat bermanfaat pada dosis tertentu, jangan terlalu banyak ataupun sedikit lebih baik berdasarkan resep dokter.
Dalam dunia laboratorium, bahan-bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh melewati tiga saluran, yakni:
1. Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau ingesti. Hal ini sangat jarang terjadi kecuali kita memipet bahan-bahan kimia langsung menggunakan mulut atau makan dan minum di laboratorium.
2. Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah aniline, nitrobenzene, dan asam sianida.
3. Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah terserap lewat pernapasan dan saluran ini merupakan sebagian besar dari kasus keracunan yang terjadi. SO2 (sulfur dioksida) dan Cl2 (klor) memberikan efek setempat pada jalan pernapasan. Sedangkan HCN, CO, H2S, uap Pb dan Zn akan segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh.
Gangguan toksik (keracunan) dari bahan kimia terhadap tubuh berbeda-beda. Misalnya CCL4 dan benzene dapat menimbulkan kerusakan pada hati ; metal isosianat dapat menyebabkan kebutaan dan kematian ; senyawa merkuri dapat menimbulkan kelainan genetic atau keturunan ; dan banyak senyawa organic yang mengandung cincin benzene, senyawa nikel dan krom dapat bersifat karsinogenik atau penyebab kanker.
Gangguan-gangguan tersebut diatas sangat tergantung pada kondisi kesehatan orang yang terpaparnya. Kondisi badan yang sehat dan makan yang bergizi akan mudah mengganti kerusakan sel-sel akibat keracunan. Sebaliknya kondisi badan yang kurang gizi akan sangat rawan terhadap keracunan.
Efek Akut dan Kronis
Efek keracunan pada tubuh manusia dibagi dua yaitu :
• Efek akut yaitu pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek. Contoh, keracunan fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang kesdaran atau kematian dalam waktu singkat.
• Efek kronis yaitu suatu akibat keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang (minggu, bulan, atau tahun). Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa hidrokarbon terkklorinasi (spt. Kloroform, karbon tetraklorida) dalam kadar rendah tetapi terus menerus akan menimbulkan penyakit hati (lever) setelah beberapa tahun. Uap timbal akan menimbulkan kerusakan dalam darah.

Usaha Menghindari Keracunan
• Penggunaan pelarut atau reagen-reagen yang toksik di usahakan diganti
• Perlakuan khusus pada beberapa zat kimia seperti senyawa yang dengan gugus amino, nitro dan gugus halogen reaktif perlu dicurigai akan kemungkinan bahayanya
• Gunakan lemari asam untuk bahan – bahan yang sekiranya menimbulkan pencemaran udara kerja
• Ventilasi udara, supaya ruangan tidak lembab dan tercemar oleh gas-gas berbahaya
• Makan dan minum di laboratorium sebisa mungkin dihindari untuk mencegah terjadinya kontaminasi
• Alat pelindung seperti masker (pelindung pernapasan), gloves (sarung tangan), dan kacamata pelindung harus di gunakan meskupun kurang enak di pakai? He he he he (itung-itung mejeng!!!)

O iya, untuk definisi racun itu sendiri apa? Nanti deh lain waktu bisa menambah catatan ini. Semoga bermanfaat……..
Sumber : catatan kuliah (toksikologi dan Keselamatan Kerja Laboratorium) AAK BA 2005 dan Keselamatan kerja dalam laboratorium oleh Soemanto Imamkhasam, PT Gramedia, Jakarta ; 1990. Hal 7-13
Diposkan oleh imad di 09:34

http://imadanalyzeartikelkesehatan.blogspot.com/2008/07/bahan-kimia-beracun-atau-toksik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar